ymarkel.com – Gunung Krakatau adalah gunung berapi legendaris di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatera, di Provinsi Lampung, Indonesia. Nama ini, sering salah eja sebagai Krakatoa, merujuk kaldera vulkanik dengan empat pulau: Rakata, Verlaten, Lang, dan Anak Krakatau. Letusan dahsyatnya pada 1883 jadi salah satu bencana alam terbesar sejarah, tapi kini kawasan ini tarik wisatawan dengan keindahan alam dan petualangan. Oleh karena itu, artikel ini ulas sejarah, letusan, keunikan, dan tips kunjungi Gunung Krakatau pada 27 September 2025, pukul 12:00 WIB.
Sejarah dan Asal Usul Gunung Krakatau
Gunung Krakatau pertama disebut di teks Sunda kuno Bujangga Manik abad ke-15 sebagai “pulo Rakata gunung ti tengah sagara” (pulau Rakata, gunung di tengah laut). Selain itu, peta Belanda 1611 label “Pulo Carcata”. Gunung ini terbentuk dari aktivitas vulkanik di zona subduksi Indo-Australia dan Eurasia. Untuk itu, sebelum 1883, Krakatau terdiri tiga gunung: Rakata, Danan, dan Perbuatan. Dengan demikian, letusan 1883 hancurkan 70% pulau, ciptakan kaldera 7 km lebar. Oleh karena itu, Anak Krakatau muncul 1927 sebagai gunung baru dari kaldera.
Letusan Krakatau 1883: Bencana Global
Letusan 27 Agustus 1883 jadi yang terdengar paling kencang sejarah, dengan suara 180 dB terdengar hingga 4.800 km di Australia. Selain itu, ledakan hancurkan 165 desa, bunuh 36.417 orang, termasuk 2.000 di Sumatera oleh awan panas. Untuk itu, tsunami 40 m tinggi hantam Banten dan Lampung, seret kapal Berouw 3,3 km ke darat, sekarang monumen. Dengan demikian, abu vulkanik tutup langit 2,5 hari, turunkan suhu global 0,6°C, picu musim dingin vulkanik. Oleh karena itu, letusan ini ubah iklim dunia dan inspirasi lagu “A Day Without Rain” Enya.
Keunikan dan Aktivitas Saat Ini
Gunung Krakatau kini aktif, Anak Krakatau tingginya 400 m, erupsi rutin sejak 1927. Selain itu, kawasan ini rumah 200 jenis burung, termasuk elang Jawa. Untuk itu, wisatawan bisa tracking ringan ke Anak Krakatau, tapi zona eksklusi 2 km sejak 2019 batasi pendakian. Dengan demikian, pantau PVMBG untuk aktivitas, seperti erupsi Desember 2024 dengan abu 1,2 km. Oleh karena itu, wisata alternatif seperti snorkeling di Rakata atau foto sunset dari Carita, Banten, tawarkan keindahan tanpa risiko.
Cara Akses dan Tips Kunjungi Gunung Krakatau
Dari Jakarta, naik kereta ke Labuan (3 jam), lalu feri ke Rakata (2 jam). Selain itu, dari Bandara Soekarno-Hatta, pesawat ke Bandara Radin Inten Tebet Lampung (50 menit), lalu mobil ke Pelabuhan Merak (2 jam), feri ke Bakauheni (1 jam), dan perahu ke Krakatau (1 jam). Untuk itu, biaya perahu Rp500.000-1 juta/hari. Dengan demikian, musim kering (Mei-Oktober) ideal untuk cuaca cerah. Oleh karena itu, bawa masker, tabir surya, dan obat mabuk laut; ikut tur resmi untuk keamanan.
Dampak Lingkungan dan Pelajaran
Letusan 1883 ciptakan ekosistem baru, tapi Anak Krakatau rawan runtuh seperti 2018 yang picu tsunami Anak Krakatau. Selain itu, studi geologi ungkap potensi tsunami 30 m jika runtuh lagi. Untuk itu, PVMBG pantau 24/7. Dengan demikian, Gunung Krakatau ajarkan kekuatan alam dan penting mitigasi bencana. Oleh karena itu, wisatawan hormati zona aman untuk lindungi lingkungan.
Kesimpulan
Gunung Krakatau adalah ikon alam Indonesia dengan sejarah letusan 1883 yang guncang dunia, kini jadi spot wisata petualangan di Selat Sunda. Dari tracking Anak Krakatau hingga snorkeling Rakata, kawasan ini tawarkan keindahan dan pelajaran alam. Oleh karena itu, rencanakan kunjungan dengan aman untuk nikmati surga Lampung. Dengan demikian, jelajahi Gunung Krakatau pada 27 September 2025.